PenyebarTarekat Syattariyah di Nusantara adalah Abdurrauf al-Singkili (1024 - 1105 H/ 1615 - 1693 M), yang bisa jadi merupakan satu-satunya ulama yang paling otoritatif dalam menyebarkan tarekat ini di wilayah Melayu-Indonesia yang jelas telah menunjukkan posisinya sebagai ulama mumpuni yan dapat mensejajarkan dirinya dengan para ulama besar dari belahan dunia lain.Apakah Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Hello Readers, tahukah kamu tentang dzikir tarekat naqsyabandiyah? Dzikir tarekat naqsyabandiyah adalah salah satu praktik spiritual dari tarekat Naqsyabandiyah yang berasal dari Uzbekistan. Dzikir ini bertujuan untuk mengingat Allah dan memperkuat batin seseorang. Sejarah Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Baha-ud-Din Naqsyaband pada abad ke-14 di Uzbekistan. Baha-ud-Din Naqsyaband merupakan salah satu ulama besar pada masanya yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat di Asia Tengah. Dzikir tarekat Naqsyabandiyah kemudian menjadi salah satu praktik spiritual yang diajarkan oleh Baha-ud-Din Naqsyaband. Cara Melakukan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir tarekat naqsyabandiyah dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat tasbih, tahmid, dan takbir yang kemudian diikuti dengan nafas dalam-dalam. Selain itu, dzikir tarekat naqsyabandiyah juga dilakukan dengan gerakan tubuh yang disebut sebagai zikr-i jahr. Gerakan ini dilakukan dengan cara menggerakkan kepala, bahu, dan tangan sesuai dengan irama dzikir yang diucapkan. Manfaat Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir tarekat naqsyabandiyah memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan jiwa dan raga seseorang. Dzikir ini dapat membantu seseorang mengatasi stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, dzikir tarekat naqsyabandiyah juga dapat meningkatkan konsentrasi, keberanian, dan kekuatan spiritual seseorang. Keunikan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir tarekat naqsyabandiyah memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari dzikir lainnya. Salah satunya adalah gerakan zikr-i jahr yang dilakukan bersama-sama dengan dzikir yang diucapkan. Selain itu, dzikir tarekat naqsyabandiyah juga dilakukan dengan nafas dalam-dalam yang bertujuan untuk membuat seseorang lebih tenang dan fokus. Siapa yang Bisa Melakukan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Dzikir tarekat naqsyabandiyah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak terbatas pada golongan tertentu atau agama tertentu. Namun, untuk dapat melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah dengan benar, seseorang harus dilatih oleh seorang guru atau syekh yang sudah berpengalaman dalam tarekat Naqsyabandiyah. Bagaimana Memilih Guru atau Syekh untuk Belajar Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Memilih guru atau syekh yang tepat untuk belajar dzikir tarekat naqsyabandiyah sangatlah penting. Seorang guru atau syekh yang baik harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang tarekat Naqsyabandiyah. Selain itu, seorang guru atau syekh yang baik juga harus memiliki kepribadian yang baik dan mampu membimbing seseorang dengan sabar dan penuh kasih sayang. Keamanan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir tarekat naqsyabandiyah adalah praktik spiritual yang aman dan tidak berbahaya. Namun, seperti halnya praktik spiritual lainnya, seseorang harus selalu berhati-hati dan memilih guru atau syekh yang tepat untuk belajar dzikir tarekat naqsyabandiyah. Apa yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Saat melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, seseorang harus memperhatikan gerakan tubuh yang dilakukan saat dzikir tarekat naqsyabandiyah. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan nafas dan irama dzikir yang diucapkan. Kelebihan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir tarekat naqsyabandiyah memiliki kelebihan yang besar dibandingkan dengan praktik spiritual lainnya. Salah satu kelebihannya adalah dzikir tarekat naqsyabandiyah dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, dzikir tarekat naqsyabandiyah juga tidak memerlukan peralatan atau tempat khusus untuk dilakukan. Bagaimana Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Membantu Mengatasi Stres? Dzikir tarekat naqsyabandiyah dapat membantu seseorang mengatasi stres dengan cara membuat seseorang lebih tenang dan fokus. Saat seseorang melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, nafasnya menjadi lebih dalam dan lambat. Hal ini dapat membantu seseorang untuk merilekskan tubuh dan pikiran, sehingga stres yang dirasakan dapat berkurang. Bagaimana Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Meningkatkan Konsentrasi? Dzikir tarekat naqsyabandiyah dapat meningkatkan konsentrasi seseorang dengan cara membuat seseorang lebih fokus pada dzikir yang diucapkan. Saat seseorang melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus memperhatikan irama dzikir yang diucapkan dan gerakan tubuh yang dilakukan. Hal ini dapat membantu seseorang untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus. Bagaimana Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Meningkatkan Keberanian? Dzikir tarekat naqsyabandiyah dapat meningkatkan keberanian seseorang dengan cara membantu seseorang mengatasi rasa takut dan kecemasan. Saat seseorang melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus merelakan diri dan fokus pada Allah. Hal ini dapat membantu seseorang untuk merasa lebih tenang dan percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Bagaimana Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Meningkatkan Kekuatan Spiritual? Dzikir tarekat naqsyabandiyah dapat meningkatkan kekuatan spiritual seseorang dengan cara membantu seseorang mengingat Allah dan memperkuat batin seseorang. Saat seseorang melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus merelakan diri dan fokus pada Allah. Hal ini dapat membantu seseorang untuk merasa lebih dekat dengan Allah dan meningkatkan kekuatan spiritual seseorang. Apa yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Setelah melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus melanjutkan kegiatan sehari-harinya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan perilaku dan tindakannya agar selalu sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana Menjaga Konsistensi dalam Melakukan Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Untuk menjaga konsistensi dalam melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang harus memiliki tekad yang kuat dan motivasi yang tinggi. Selain itu, seseorang juga harus memilih waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah secara rutin. Bagaimana Memperdalam Pengetahuan tentang Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah? Untuk memperdalam pengetahuan tentang dzikir tarekat naqsyabandiyah, seseorang bisa membaca buku-buku atau artikel-artikel tentang tarekat Naqsyabandiyah. Selain itu, seseorang juga bisa bergabung dengan kelompok dzikir tarekat naqsyabandiyah di lingkungan sekitar atau mencari guru atau syekh yang bisa membimbing seseorang dengan lebih mendalam. Kesimpulan Dzikir tarekat naqsyabandiyah adalah salah satu praktik spiritual yang berasal dari tarekat Naqsyabandiyah. Dzikir ini bertujuan untuk mengingat Allah dan memperkuat batin seseorang. Dzikir tarekat naqsyabandiyah memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan jiwa dan raga seseorang. Namun, untuk dapat melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah dengan benar, seseorang harus dilatih oleh seorang guru atau syekh yang sudah berpengalaman dalam tarekat Naqsyabandiyah. Sampai Jumpa Kembali di Artikel Menarik Lainnya
Perlu kiranya mengetahui beberapa hal lagi tentang zikir menahan napas. Syekh Kalimullah Jahânâbâdi mengatakan bahwa dalam beberapa tarekat, menahan napas dipandang sebagai prinsip paling manjur untuk menghilangkan kemunafikan dalam jiwa. Para Syaikh dalam Tarekat Hisytiyyah, Kubnawiyyah, Syattâriyyah, dan Qadiriyyah menjadikannya sebagai syarat untuk menghilangkan kemunafikan dalam hati serta untuk kefanaan diri. Akan tetapi, para syaikh dalam Tarekat Naqsybandiyyah tidak memandangnya sebagai sebuah syarat apa pun. Namun, mereka tidak menafikan kemujarabannya. Bertolak belakang dengan mereka, para syaikh dalam Tarekat Suhrawardiyyah menganjurkan agar napas hendaknya jangan ditahan. Sebagai akibatnya, Syaikh Bâhâ’uddin Umar dan Syaikh Zaynuddin Khawafi, pendukung Tarekat Suhrawardiyyah, juga berpandangan serupa. Syekh Kalimullah menegaskan bahwa ada dua hal yang mesti dicamkan. Yang satu ialah menahan napas, dan yang lain adalah menghentikan napas habs al-nafs dan hashr al-nafs. Ada dua macam menahan napas mengosongkan dan mengisi. Yang dimaksud dengan mengosongkan takhalliyyah ialah menarik napas dalam lambung dan menarik pusar menuju punggung, dan menahan napas dalam dada, dan menurut sebagian orang dalam otak. Untuk mencegahnya, sebagian orang menutup lubang hidung, telinga dan mata mereka dengan jari-jemari. Hanya saja, ini tidak perlu. Konon, Khidhr menyuruh Syaikh Abdul-Khaliq Ghijduwâni untuk menenggelamkan diri dalam sebuah bak air dan mengamalkan yang demikian itu. Pengalaman para sufi ialah bahwa menahan napas banyak memberikan manfaat. Umpamanya saja, kemunafikan dalam jiwa bisa dihilangkan. Perasaan gembira dan bahkan ekstase bisa dialami. Yang dimaksud dengan “mengisi lambung” tamli’ah adalah bahwa napas mesti ditarik dan ditahan dengan menggelembungkan perut. Dalam keadaan seperti ini, pusar lantaran perut menggelembung terpisah dari punggung. Dengan mengosongkan perut napas, panas yang dibutuhkan dalam sulük pun meningkat, dan dengan mengisi, makanan pun bisa dicernakan. Menghentikan napas hashr an-nafs, sering kali dilakukan oleh para yogi, ialah memutuskan napas dari kedua sisi, yakni secara berangsur-angsur mengurangi panjangnya menghirup dan menghembuskan napas sampai napas ranar-benar berhenti. Tak pelak lagi bahwa tindakan ini menghasilkan panas dalam hati. Akan tetapi, panas yang dihasilkan dengan menahan napas jauh lebih besar ketimbang yang dihasilkan dengan menghentikan napas. Bisa diperhatikan bahwa tujuan menahan napas dalam zikir dua dari empat dharb dan zikir Haddadi serta yang lainnya ialah menghasilkan panas dalam hati sang hamba. Pada gilIrannya, ini menimbulkan semangat dan menyiapkan dirinya untuk mencintai Allah. Zikir ini juga mengipasi api cinta serta mengembangkan kemabukan spiritual dan kegembiraan bergejolak dalam diri sang hamba. Selama periode ini, sang hamba diperintahkan untuk menjauhi makanan-makanan yang banyak mengandung kelembaban. Demikian juga, ia tidak boleh memakan makanan yang asam atau pedas. Ketika napas di hembuskan sesudah ditahan, maka napas itu mestilah dihembuskan pelan-pelan melalui hidung dan jangan melalui mulut. Jika tidak demikian, maka yang demikian itu sangat berbahaya. Lagi-lagi, zikir ini jangan dilakukan ketika perut sedang penuh terisi makanan, atau ketika seseorang itu lapar. Menahan napas dengan segenap tindakan pencegahan ini diperlukan di awal suluk. Akan tetapi, ketika sang hamba mencapai kesempurnaan, ia boleh mengamalkannya atau tidak sama sekali. Syekh Kalimullah menyatakan bahwa kaum Sufi mempelajari praktik ini dari para pertapa Hindu. Para Sufi terkemuka juga berpandangan bahwa ketika diri manusia terlepas dari segenap kesenangan inderawi, dan wujud batiniahnya makin bertambah kuat dengan mengingat Allah, maka terjalinlah sebuah hubungan antara dirinya dengan alam ruhani. Disebabkan adanya hubungan ini, hati sang hamba pun tercerahkan, dan ia pun melihat Zat Allah serta mengetahui perintah-perintah dan keridhaan Allah. Kini cahaya pun terpantul dari pandangan batin pada mata lahir dan ia pun mulai melihat dengan indera-indera lahiriah berbagai alam spiritual batiniah. Pada tahap ini, ia sudah terlepas dari alam lahiriah dan batiniah. Zikir juga memungkinkan sang hamba melihat berbagai ragam cahaya. Warna berbagai cahaya ini terkadang putih, terkadang hijau, dan kadang-kadang merah. Akhirnya, muncul warna hitam, yang disebut “cahaya kebingungan dan “cahaya zat”. Cahaya yang terlihat dekat dengan bahu kanan dipandang sebagai cahaya malaikat pencatat sebelah kanan. Jika ini terputus, maka yang demikian ini dipandang sebagai cahaya syaikh, dan jika muncul di hadapan sang dzakir, maka hal itu dipandang sebagai cahaya Nabi Muhammad. Begitu juga, jika ia muncul dekat dengan bahu sebelah kiri, maka yang demikian adalah cahaya malaikat pencatat di sebelah kiri; dan jika terputus, maka hal itu dipandang sebagai tipu daya setan. Sama halnya, jika ada suatu bentuk muncul di sisi sebelah kiri, maka hal itu juga dipandang sebagai tipudaya setan. Jika cahaya itu muncul dari belakang dan atas kepala, maka hal itu dipandang sebagai cahaya malaikat-malaikat penjaga. Jika cahaya itu muncul tanpa arah, dan sang dzâkir ketakutan olehnya, dan tidak dirasakan adanya kehadIran Allah sesudah cahaya itu lenyap, maka yang demikian itu juga harus dipandang sebagai tipu daya setan. Jika kehadIran Allah dirasakan ketika cahaya itu muncul dan timbul perasaan berpisah dan rindu kepada Allah sesudah cahaya itu lenyap, maka ia mesti memahami bahwa itulah cahaya Zat Mahabenar yang dicari. Jika cahaya itu muncul di dada, dan di atas pusar, maka lagi-lagi yang demikian ini dipandang sebagai tipuan setan. Jika cahaya muncul dalam hati, maka hal itu dipandang sebagai cahaya yang dihasilkan dengan menyucikan hati. Akan tetapi, sang pencari sejati Allah semestinya tidak perlu memperhatikan cahaya-cahaya ini, juga tidak boleh merasa puas dengannya, sebab kesemuanya itu bukanlah tujuan yang ingin diraihnya. Penghambaan sang pencari Allah yang menimbulkan cahaya dipandang sebagai yang paling aman, dan ia bisa berharap lebih jauh untuk mencapainya. Sumber
Pengalamansufi berupa tata cara zikir, tarekat Syaziliyah oleh Abu Hasan al Syazili (w. 1258 M), tarekat Naqsyabandiyah oleh Bahauddin al Naqsyabandi (w. 1389 M), tarekat Syattariah oleh Abdullah al Syattar (w. 1428 M), dan tarekat al Khalwatiyah dari Zahiruddin al Khalwati (w. 1397 M).