PedangdutVia Vallen dan Chevra Yolanda menggunakan 2 adat dalam pernikahannya. Hal itu dilakukan sesuai keinginan dan kesepakatan keduanya. Chevra menyebut bahwa tradisi dan adat yang digunakan adalah Jawa serta Sunda. Mulai dari siraman, akad, hingga resepsi. "Kebetulan, Via ini dekat dengan neneknya yang orang Sunda.
Menikah dalam adat tradisional Jawa atau Sunda, prosesi siraman merupakan salah satu tradisi yang kerap sebelum hari-H pernikahan. Baik calon pengantin wanita maupun pria, umumnya kedua calon mempelai sepakat adakan siraman. Banyak yang berpikir kalau tradisi siraman di mana-mana itu sama ritualnya. Padahal, prosesi siraman adat di Indonesia itu ada sedikit perbedaannya Siraman Adat Jawa Pada adat Jawa, prosesi siraman ini akan dimulai dengan sungkeman dengan orang tua calon pengantin. Saat sungkeman, calon pengantin sekaligus meminta izin untuk menikah dengan orang yang telah dia pilih sebagai pasangan hidup. Hati-hati, nuansa haru akan sangat terasa di ritual ini. Setelah itu barulah tahap siraman di mana calon pengantin akan disiram dengan air yang diambil dari tujuh sumber dan sudah ditaburi kembang setaman. Yang bertugas menyiram harus berjumlah ganjil, dimulai dari ayah, ibu, lalu beberapa orang yang dituakan dan diakhiri dengan juru rias. Prosesi siraman tak sampai di situ saja. Calon pegantin akan digendong sang ayah menuju kamar pengantin untuk melakukan prosesi ngerik. Di sini calon pengantin akan dibersihkan rambut-rambut halusnya oleh juru rias. Upacara ini berlaku untuk calon pengantin pria dan wanita yang akan dilaksanakan di rumah masing-masing. Setelah menyiapkan segala perlengkapan siramannya, saatnya menaburkan bunga setaman ke dalam bak yang berisi air dingin atau hangat. Selanjutnya, dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu lalu dimasukkan ke dalam air tersebut. Calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman lengkap, dijemput dan dibimbing orang tua menuju tempat siraman. Di belakang mereka ada pengiring yang membawakan baki berisi seperangkat kain yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan pedupan. Lalu, siraman akan diawali dengan doa menurut kepercayaan masing-masing diikuti dengan guyuran air siraman pertaman oleh orang tua calon pengantin dilanjut beberapa orang yang ditunjuk. Setelah badan dikira bersih, air tersebut juga digunakan untuk berkumur, membersihkan wajah, telinga, leher, kaki dan tangan masing-masing 3x. Jangan lupa diikuti juga dengan doa oleh calon pengantin. Akhir dari acara siraman ini adalah ketika juru rias mengucapkan kalimat sudah berakhir masa remajanya sambil memecahkan kendi di depan calon pengantin yang disaksikan kedua orang tua dan kerabat lainnya. Siraman Adat Sunda Berbeda dengan siraman adat Jawa, siraman adat Sunda ini memiliki tahap pertama dari ngengcangkeun aisan dengan ritual sang ibu akan melepaskan gendongan menuju tempat siraman ditemani sang ayah yang mendampingi dengan membawa lilin. Makna dari tahap ini adalah kedua orang tua akan segera mengakhiri tanggung jawab mereka dan akan digantikan oleh calon suami. Tahap selanjutnya yaitu dipangkon. Di sini, calon pengantin akan dipangku oleh kedua orang tuanya lalu calon pengantin akan membasuh kaki mereka ngaras. Lalu, calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi agar bisa selalu mengharumkan nama keluarga. Kemudian, calon pengantin akan melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan permohonan untuk selalu sabar, sehat, bertaqwa, tabah, beriman dan istiqamah. Akhirnya sampailah pada prosesi siraman. Sama seperti adat Jawa, di sini calon pengantin akan disiram dengan air yang sudah ditaburi kembang setaman. Indonesia begitu kaya. Kaya akan keindahan alam hingga adat istiadatnya. Kekayaan tersebut melahirkan berbagai macam prosesi yang patut dilestarikan salah satunya prosesi adat menjelang pernikahan, yakni siraman. Navigasi pos Inidilakukan agar segala hal buruk terkubur dan pengantin siap menjalani hidup baru yang bahagia . Sebenarnya tradisi siraman gak cuma ada di Sunda, namun di adat Jawa juga ada. Hanya nama dan prosesnya sedikit berbeda, tapi maknanya tetap sama yaitu menyucikan diri. Inilah keunikan Indonesia yang kaya akan adat istiadatnya.Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Ritual Siraman Adat Jawa dan Sunda By Ade Mutia 21 Mar 2022 Viewers 2792 Di Indonesia, jelang pernikahan umumnya ada berbagai persiapan yang dilakukan oleh kedua calon mempelai pengantin, terutama bagi mereka yang menggunakan prosesi adat. Sebagai contoh, pernikahan adat Jawa dan adat Sunda, setidaknya ada 13 tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin. Salah satu diantaranya ada yang memiliki kemiripan, yakni prosesi siraman. Siraman dilakukan dengan maksud untuk menyucikan calon mempelai sebelum hari H pernikahan. Jika hanya dilihat sekilas, prosesi siraman baik dengan adat Jawa maupun Sunda, nampak sama saja. Namun, tahukah kamu ternyata ritual keduanya sangatlah berbeda? Tradisi siraman adat Jawa dan adat Sunda punya ciri khasnya masing-masing, baik dari tata cara pelaksanaan maupun istilah-istilah yang digunakan. Dimana saja letak perbedaannya? Berikut ini WeddingMarket berikan ulasan lengkapnya untukmu. Disimak, yuk!Fotografi MordenDalam prosesi pernikahan adat Jawa, ritual siraman dimulai dengan sungkeman. Dimana sang calon pengantin, memohon maaf sekaligus meminta restu dan izin untuk menikah kepada orangtuanya. Setelah itu, barulah orangtua akan melakukan siraman kepada sang anak. Biasanya prosesi siraman dilakukan satu hari menjelang akad nikah. Baik calon pengantin wanita maupun pengantin pria dapat melaksanakan siraman di kediamannya yang perlu disiapkan sebelum dilaksanakan siraman adat JawaAir siraman, air jernih dan bersih Bunga mawar, melati dan kenanga untuk ditaburkan ke dalam air siramanPengaron untuk tempat air siramanGayung untuk mengambil airTikar bangka, yakni tikar berukuran sekitar setengah meter terbuat dari anyaman daun pandan. Sehelai kain dan sehelai kain mori Daun-daun yang terdiri atas daun kluwih, daun koro, daun opo-opo, daun awar-awar, daun turi, daun dadap srep, alang-alang dan duri kemarungRatus, terdiri dari herbal alami, seperti kunyit, bunga mawar, temulawak, pala, dan sejenisnyaAnglo, tungku yang berfungsi seperti kompor yang terbuat dari tanah liatKendhivia instagram/likuiditayona Kuntjoro PhotographyUrutan dalam upacara siraman adat Jawa adalah sebagai berikutSungkemanFotografi MordenSeperti yang sudah disebutkan sebelumnya, urutan pertama dalam upacara siraman adat Jawa dimulai dengan sungkeman. Calon pengantin wanita sungkem kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu untuk dipersunting oleh kekasih pilihannya. Momen sungkeman ini biasanya menjadi sangat haru, tak jarang baik calon pengantin maupun orang tua sampai menitikkan air via instagram/cantitachrilSetelah selesai sungkeman, barulah dilanjutkan dengan prosesi siraman adat Jawa. Dengan dibimbing oleh orang tua, calon pengantin yang telah mengenakkan busana siraman lengkap, dituntun menuju tempat siraman. Sementara para pengiring membawakan baki berisi seperangkat kain, handuk dan calon mempelai wanita didudukkan di atas bangku yang beralaskan tikar bangka atau tikar pandan. Diwali dengan doa, calon pengantin kemudian disiram dengan air siraman yakni air yang berasal dari tujuh sumber mata air tanah dan ditaburi dengan bunga-bunga, antara lain melati, mawar dan kenanga. Jumlah siraman yang dilakukan harus ganjil, dimulai dari sesepuh atau orang yang dituakan dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan ayah, ibu, atau saudara, dan terakhir juru rias KendiSetelah selesai dilakukan siraman, orangtua calon pengantin atau juru rias kemudian mecahkan kendi yang digunakan untuk menuang air siraman sembari mengucapkan, “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [nama sang anak]”. Proses ini menyimbolkan pecahnya atau berakhirnya masa remaja sang anak, kini sebagai wanita RikmoSelanjutnya, prosesi siraman adat Jawa diteruskan dengan memotong rikmo atau rambut. Dari pihak mempelai pria juga akan menyerahkan potongan rambut yang kemudian disatukan dan dikubur di halaman rumah. Hal ini melambangkan, untuk mengubur semua hal-hal buruk, sehingga kelak rumah tangga pasangan tersebut hanya ada kebaikan dan via instagram/cantitachrilTahapan selanjutnya dalam prosesi siraman adat Jawa yakni, calon mempelai wanita digendong oleh sang ayah menuju kamar. Prosesi ini melambangkan betapa kasih sayang orang tua akan senantiasa selalu untuk anaknya, bahkan sampai menjelang sang anak memulai lembaran baru pernikahan. Apabila tidak dilaksanakan bopongan, calon pengantin akan langsung diantar oleh perias menuju atau berhiasFoto via instagram/ambarpaes_jakartaSelanjutnya di kamar, calon pengantin berganti pakaian dan bersiap untuk dikerik rambut di atas dahinya atau disebut dengan istilah Doa RestuTerakhir, calon pengantin keluar dari kamar dan menemui para tamu untuk memohon doa restu. Sementara itu, sesepuh atau pihak yang dituakan akan mengantar air siraman ke tempat calon pengantin Adat SundaFotografi MordenSama halnya dengan siraman adat Jawa, prosesi siraman adat Sunda ngebakan bertujuan untuk menyucikan calon mempelai pengantin baik secara lahir maupun batin. Prosesi siraman adat Sunda dilaksanakan 3-7 hari menjelang hari tahapan siraman adat Sunda adalah sebagai aisan melepaskan gendonganFoto Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda, tahap pertama dimulai dengan ngengcangkeun aisan. Dimana calon pengantin akan digendong’ secara simbolis oleh sang ibu dengan melilitkan kain gendongan di tubuhnya dan sang anak. Kemudian sang ibu melepaskan gendongan tersebut, selanjutnya calon pengantin, ibu bersama ayah menuju tempat siraman. Pada tahap ini sang ayah juga membawa lilin, prosesi ini bermakna bahwa kedua orangtua akan segera mengakhiri tanggung jawabnya, dan selanjutnya digantikan oleh calon membasuh kaki orangtuaTahapan siraman adat Sunda dilanjutkan dengan prosesi ngaras. Calon pengantin akan dipangku kedua orang tua dalam prosesi dipangkon. Kemudian, si calon pengantin memohon izin kepada kedua orangtuanya untuk menikah, dilanjutkan dengan sungkem, barulah setelah itu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang air siramanFotografi Bingkai PhotographyUpacara dilanjutkan dengan mencampur air siraman yang berasal dari tujuh mata air dengan tujuh macam bunga beraroma wangi, disebut dengan bunga setaman. Pada prosesi siraman adat Sunda, calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi oleh orangtuanya. Prosesi ini bermakna, agar sang anak bisa selalu mengharumkan nama baik keluarga. NgebakanTak hanya itu, calon pengantin adat Sunda juga harus melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan supaya selalu bersabar, sehat, tabah, beriman, bertaqwa, dan selalu istiqomah. Prosesi ini disebut ngebakan. SiramanBarulah akhirnya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sama dengan siraman adat Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 orang, dimulai dari sang ibu, ayah dan orang yang dituakan dalam prosesi siraman adat Sunda ini, rambut calon mempelai wanita juga akan dipotong sedikit layaknya ngerik pada prosesi Jawa. Hal ini melambangkan percantik diri secara lahir dan batin. Barulah terakhir dilakukan pembersihan bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, godeg serta kembang turi yang disebut dengan ngeningan. Prosesi ini sebagai simbolis membuang atau membersihkan segala kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu, sehingga tidak terulang lagi di masa Parawanten Setelah selesai ngeningan, dilanjutkan dengan acara rebutan parawanten atau rebutan makanan. Makanan yang diperebutkan berupa umbi-umbian atau makanan ringan. Maknanya, sebagai harapan agar kedua mempelai mendapat rezeki yang lancar serta segera memperoleh tumpeng via instagram/ Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda juga dilakukan potong tumpeng, yang kemudian disuapkan ke calon pengantin. Prosesi ini sebagai simbol pelepasan sang anak oleh kedua orangtuanya, untuk memulai hidup baru setelah rambutTerakhir, orangtua akan menanam potongan rambut calon pengantin, sebagai simbol mengubur segala hal buruk agar sang anak siap menjalani hidup baru yang bahagia. Rambut tersebut biasanya dikubur di pekarangan rumah. Fotografi Canola PhotoSecara umum, baik prosesi siraman adat Jawa maupun adat Sunda, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menyucikan diri sebelum pernikahan digelar. Meskipun ada sedikit perbedaan dalam beberapa ritualnya tapi layaknya tradisi adat istiadat daerah lainnya, upacara siraman ini juga perlu dilestarikan. Supaya generasi penerus kelak tetap bisa mengenal akar budaya leluhurnya. Nah, setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah jelas kan dimana bedanya siraman Jawa dan Sunda? Jangan lupa untuk persiapkan pernikahan impianmu bersama WeddingMarket. Temukan berbagai diskon dan promo-promo menarik dari vendor-vendor terbaik di seluruh Indonesia. Semoga bermanfaat, ya!
7 menit membaca Bagi masyarakat Jawa, mereka pasti sudah sangat mengenal makna upacara siraman, beserta prosesi upacara pernikahan adat Jawa lainnya. Namun untuk mereka suku Jawa yang berdomisili di luar Jawa, apakah juga mengenal makna upacara siraman dengan baik? Melihat realita yang ada, sepertinya banyak dari mereka, yaitu suku Jawa yang berdomisili di luar pulau Jawa, kurang mengenal makna upacara siraman yang sebenarnya. Salah satu penyebabnya, yaitu mereka terlalu lama tinggal di luar daerah pulau Jawa, dan kurang mencari tahu adat dan kebudayaan suku Jawa, termasuk siraman. Sehingga, secara garis besar bisa disimpulkan, kalau tidak semua suku Jawa mengenal makna upacara siraman dengan baik. Untuk itu, buat kamu suku Jawa yang belum mengetahui makna upacara siraman, dan kamu suku lainnya yang ingin tahu seperti apa upacara siraman beserta maknanya, pada artikel kali ini, akan mengulasnya lengkap khusus untuk kamu. Simak bersama-sama, yuk! Sekilas tentang Upacara Siraman Sebelum mulai mengenal makna upacara siraman, ada baiknya kamu ketahui terlebih dahulu informasi dasar seputar siraman itu sendiri. Jadi, pada dasarnya siraman adalah salah satu bagian dari rangkaian prosesi, yang harus dilakukan dalam upacara pernikahan adat Jawa. Jika dilihat dari asal katanya, siraman berasal dari kata siram, yang artinya mengguyur atau mandi. Namun, mandi dalam prosesi siraman ini berbeda dari mandi yang dilakukan sehari-hari, karena memiliki tujuannya sendiri. Untuk waktu pelaksanaannya, prosesi siraman umumnya dilakukan satu hari sebelum hari akad nikah, baik itu siang atau sore hari. Baca Juga Perbedaan Hantaran, Seserahan, dan Mahar Adapun orang yang memandikan calon pengantin, bukanlah orang sembarangan. Biasanya dipilih dari para sesepuh, maupun anggota keluarga yang dianggap pantas. Dan sesepuh yang dipilih pun, tentunya bukan yang duda atau janda, melainkan sesepuh yang masih bersuami atau istri. Hal itu ditujukan agar pernikahannya nanti bisa panjang umur, layaknya pernikahan pelaku siraman. Selain itu, pemilihan pelaku siraman juga dilihat dari kesuksesannya. Yang mana, pelaku yang dipilih adalah sosok yang dianggap sukses dalam hidupnya, dengan harapan jejaknya bisa menjadi contoh dan diikuti oleh calon pengantin. Untuk jumlah pelaku siraman, sebenarnya tidak ada jumlah khusus. Namun biasanya, pelaku yang dipilih untuk siraman sebanyak tujuh orang, atau dalam bahasa Jawa disebut pitu. Maksud dari dipilihnya tujuh orang tersebut, yaitu agar orang-orang yang terpilih menjadi pelaku siraman, dapat memberikan pertolongan pitulungan. Tetapi di samping itu, ada sebuah ulasan yang ditulis Ernawati Purwaningsih dan dipublikasikan di situs Dinas perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan, kalau jumlah pelaku siraman sebenarnya tidak dibatasi. Yang terpenting adalah jumlah pelakunya ganjil. Jadi, semakin banyak orang yang terpilih menjadi pelaku siraman, maka semakin baik. Hanya saja, hal tersebut tidak disarankan untuk dilakukan, mengingat risiko calon pengantin kedinginan sangat besar. Sehingga, jumlah ideal untuk pelaku siraman hingga saat ini, yaitu tujuh orang. Mengenal Makna Upacara Siraman Nah, informasi dasar seputar upacara siraman, sudah kamu ketahui lengkap di pembahasan sebelumnya. Itu artinya, ini adalah saat yang tepat untuk kamu mengenal makna upacara siraman dengan baik. Sebab, makna upacara siraman bisa dibilang sangat menarik dan sakral. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, siraman merupakan kata yang memiliki arti mandi atau mengguyur. Dalam kehidupan sehari-hari, mandi adalah aktivitas yang ditujukan untuk membersihkan kotoran yang menempel di badan, agar bersih kembali seperti semula. Tetapi dalam siraman adat Jawa, “mandi” ditujukan untuk membersihkan segala jenis gangguan, agar semua proses menuju pernikahan lancar dan tidak terhambat halangan apapun. Sehingga, harapannya kedua pengantin setelah ijab kabul, dapat memulai hidup baru dengan lancar, serta berada dalam keadaan yang bersih dan suci. Dalam prosesi siraman, alat dan bahan yang dibutuhkan tentunya tidak hanya air saja. Ada beberapa sesajen dan barang-barang kecil lainnya yang memiliki makna unik, yang perlu dipersiapkan. Seperti misalnya jajanan pasar, pisang raja, bunga sritaman dan lain sebagainya. Semua sesajen dan barang tersebut, memiliki makna tersendiri yang unik. Jajanan pasar misalnya, sesajen ini memiliki makna sebagai simbol akan pengingat kehidupan di dunia, serta lambang hubungan antar manusia dan silaturahmi. Kemudian pisang raja, yang memiliki makna agar mempelai memiliki sifat seperti raja yang berbudi luhur, adil dan selalu menepati janji. Tidak hanya itu, pisang juga memiliki filosofi yang dapat tumbuh dan hidup di mana saja. Apalagi, semua bagian pisang pun bisa dimanfaatkan oleh manusia. Dengan begitu, harapannya calon pengantin dapat beradaptasi satu sama lain, serta bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Jenis pisang yang sebaiknya dipilih adalah pisang raja ayu yang sudah matang. Sebab, pisang ini memiliki makna berupa mempelai diharapkan dapat tumbuh dengan pemikiran yang matang dan dewasa. Di samping itu ada juga bunga sritaman. Terdiri dari beberapa jenis bunga seperti mawar, melati dan kenanga, setiap bunga ini mempunyai maknanya tersendiri. Bunga mawar mengandung makna mawi arsa, yang artinya dengan kehendak atau niat. Lalu bunga melati bermakna ketulusan dalam berucap, berbicara dan hati nurani paling dalam. Sementara bunga kenanga mengandung makna keneng–e, yang artinya gapailah. Sesaji Siraman Berbicara seputar sesaji, beberapa di antaranya kamu mungkin sudah tahu, apa saja sesaji yang harus ada di upacara siraman adat Jawa, karena sudah sempat disinggung sebelumnya. Tetapi, agar lebih mengenal makna upacara siraman, kamu juga perlu tahu secara lengkap sesaji siraman yang sudah pasti digunakan, di antaranya yaitu Wadah air besar yang terbuat dari perunggu atau tembagaAir yang diambil dari sumur bersihBunga sritaman yang terdiri dari bunga mawar, melati, kenanga dan kantil yang ditaruh di dalam air untuk mandi siramanKonyoh manca warna, atau lulur yang terbuat dari tepung beras dan kencur yang dicampur lima warna, yaitu warna putih, merah, kuning, hijau dan biruDua buah kelapa yang diikat menjadi satuSampo tradisionalSlemek lungguh atau alas duduk berbentuk tikar pandan ukuran satu meter, kemudian kain mori satu lembar, kain jarik satu lembar, serta beberapa jenis dedaunanKain jarik atau kain empat warna, kain bango tulak yuyu sekandhang atau kain lurik tenun berwarna coklat ada benang kuning, kemudian kain pulo watu atau kain lurik warna putih dengan garis hitam, dan kain berwarna jinggaKain dua warna, yaitu grompol dan nagasariSatu lembar kain moriKain batik untuk slemek sebelum menggunakan moriKendi yang sudah terisi air untuk siramanSabun dan handukSejumlah sesaji siraman yang terdiri dari tumpeng gundhul, tumpeng robyong, dhahar, pisang raja saliran, anyep-anyepan, pisang pulut saliran isi genap, pala kependhem, pala gumantung, pala kesimpar, satu butir telur ayam kampung, empluk-empluk yang diberikan bumbu pawon komplit, gula jawa setangkep, kembang telon, kelapa yang sudah dikupas dari kulitnya, cuplak ajug-ajug, jajanan pasar, jenang dodol, jenang werna pitu, jadah, wajik, kacang cina atau kacang tanah yang direbus dengan kulitnya, dan ayam jago satu ekor. Rangkaian Upacara Siraman Agar semakin mengenal makna upacara siraman, sepertinya kamu perlu tahu rangkaian upacara siraman yang perlu dilakukan, yang akan dimulai dari Menyebar bunga sritaman di wadah yang sudah diisi air untuk siramanSetelah itu, masukkan dua buah kelapa yang sudah diikat ke dalam wadah tersebutCalon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman, dijemput oleh kedua orang tua dari kamar pengantin dan digandeng menuju tempat siramanPara pinisepuh yang membawa ubarampe satu lembar jarik grompol, satu lembar nagasari, handuk dan padupan akan mengiringi dari belakangSetelah semua siap, acara akan dimulai dan diawali dengan doaKemudian, orang tua khususnya bapak akan mengawali prosesi siraman, dengan menyiram calon pengantin pakai air siramanSetelah bapak, selanjutnya ibu, baru setelah itu para pinisepuh yang sudah diminta dan dipilih untuk turut menjadi pelaku siraman dan memberi berkahPelaku siraman terakhir yang akan menyirami calon pengantin, yaitu juru rias atau sesepuh yang telah ditunjukDi akhir siraman, juru rias atau sesepuh akan mengeramasi calon pengantin dengan landha merang, santan kanil dan banyu asemKemudian dilanjut dengan meluluri tubuh calon pengantin pakai konyoh, dan menyiraminya lagi sampai bersihSetelah selesai, calon pengantin akan memanjatkan doa, sembari juru rias mengucurkan air kendi untuk calon pengantin berkumur sebanyak tiga kaliSelanjutnya, juru rias akan mengguyurkan air kendi ke kepala calon pengantin sebanyak tiga kali, dan dilanjutkan membersihkan wajah, telinga, leher, tangan dan kaki sebanyak tiga kaliApabila air kendi sudah habis, juru rias akan memecah kendi tersebut di hadapan kedua orang tua calon pengantinSetelah ritual siraman selesai dilakukan, acara selanjutnya yaitu membawa calon pengantin ke kamar pengantinDalam perjalanannya, calon pengantin akan digandeng kembali oleh kedua orang tua menuju kamar, untuk mengeringkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk prosesi selanjutnya. Baca Juga Ide Seserahan Lengkap sesuai Bujet Nah, sejumlah informasi seputar upacara siraman sudah kamu ketahui secara lengkap di pembahasan sebelumnya. Bagaimana, dari informasi-informasi di atas, kamu sudah sangat mengenal makna upacara siraman, bukan? Apabila setelah mengetahui informasi ini, kamu semakin tertarik untuk mencari tahu adat Jawa dan prosesi lainnya, maka kamu bisa membacanya di beberapa artikel, jurnal, bahkan e-book sekalipun. Dan jika kamu tertarik untuk menggunakan adat Jawa dalam pernikahanmu, maka sebaiknya mulai persiapkan dananya. Sebab, untuk bisa menikah pakai adat Jawa, kamu perlu melakukan beberapa rangkaian prosesi adat, yang sudah pasti akan memakan biaya cukup besar. Maka dari itu, mempersiapkan dana sejak saat ini sangat penting. Namun apabila tanggal pernikahan sudah semakin dekat, dan dana yang kamu miliki saat ini masih belum mencukupi, jangan khawatir. Kamu ajukan saja pinjaman dana tunai melalui Sebab, memiliki proses pengajuan pinjaman dana yang sangat mudah, cepat dan aman. Hal itu karena, sudah terdaftar dan diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, ajukan pinjaman dana tunaimu sekarang juga, dan wujudkan pernikahan impian! Lebih seperti ini
MasyarakatJawa secara geografis meliputi wilayah Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Continue reading "Perbedaan Pernikahan Adat Jawa Solo Dan Adat Jawa Yogya" Posted on: 24 Dec 2019Foto dok. Vera Kebaya Indonesia begitu kaya. Kaya akan keindahan alam hingga adat istiadatnya. Kekayaan tersebut melahirkan berbagai macam prosesi yang patut dilestarikan salah satunya prosesi adat menjelang pernikahan, yakni siraman. Upacara siraman ini berasal dari kata dasar siram Jawa yang berarti mandi. Sedangkan maknanya sendiri adalah memandikan calon pengantin agar kembali bersih dan suci. Prosesi siraman sendiri tak hanya digunakan di pernikahan adat Jawa saja karena pernikahan adat Sunda juga memiliki prosesi siraman ini. Berikut fakta yang harus Anda ketahui mengenai prosesi yang bikin haru ini. Siraman Adat Jawa Pada adat Jawa, prosesi siraman ini akan dimulai dengan sungkeman dengan orang tua calon pengantin. Saat sungkeman, calon pengantin sekaligus meminta izin untuk menikah dengan orang yang telah dia pilih sebagai pasangan hidup. Hati-hati, nuansa haru akan sangat terasa di ritual ini. Setelah itu barulah tahap siraman di mana calon pengantin akan disiram dengan air yang diambil dari tujuh sumber dan sudah ditaburi kembang setaman. Yang bertugas menyiram harus berjumlah ganjil, dimulai dari ayah, ibu, lalu beberapa orang yang dituakan dan diakhiri dengan juru rias. Prosesi siraman tak sampai di situ saja. Calon pegantin akan digendong sang ayah menuju kamar pengantin untuk melakukan prosesi ngerik. Di sini calon pengantin akan dibersihkan rambut-rambut halusnya oleh juru rias. Berikut sedikit gambaran pelaksanaan upacara siramannya. Upacara ini berlaku untuk calon pengantin pria dan wanita yang akan dilaksanakan di rumah masing-masing. Setelah menyiapkan segala perlengkapan siramannya, saatnya Anda menaburkan bunga setaman ke dalam bak yang berisi air dingin atau hangat. Selanjutnya, dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu lalu dimasukkan ke dalam air tersebut. Calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman lengkap, dijemput dan dibimbing orang tua menuju tempat siraman. Di belakang mereka ada pengiring yang membawakan baki berisi seperangkat kain yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan pedupan. Lalu, siraman akan diawali dengan doa menurut kepercayaan masing-masing diikuti dengan guyuran air siraman pertaman oleh orang tua calon pengantin dilanjut beberapa orang yang ditunjuk. Setelah badan dikira bersih, air tersebut juga digunakan untuk berkumur, membersihkan wajah, telinga, leher, kaki dan tangan masing-masing 3x. Jangan lupa diikuti juga dengan doa oleh calon pengantin. Akhir dari acara siraman ini adalah ketika juru rias mengucapkan kalimat sudah berakhir masa remajanya sambil memecahkan kendi di depan calon pengantin yang disaksikan kedua orang tua dan kerabat lainnya. Siraman Adat Sunda Berbeda dengan siraman adat Jawa, siraman adat Sunda ini memiliki tahap pertama dari ngengcangkeun aisan dengan ritual sang ibu akan melepaskan gendongan menuju tempat siraman ditemani sang ayah yang mendampingi dengan membawa lilin. Makna dari tahap ini adalah kedua orang tua akan segera mengakhiri tanggung jawab mereka dan akan digantikan oleh calon suami. Tahap selanjutnya yaitu dipangkon. Di sini, calon pengantin akan dipangku oleh kedua orang tuanya lalu calon pengantin akan membasuh kaki mereka ngaras. Lalu, calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi agar bisa selalu mengharumkan nama keluarga. Kemudian, calon pengantin akan melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan permohonan untuk selalu sabar, sehat, bertaqwa, tabah, beriman dan istiqamah. Akhirnya sampailah pada prosesi siraman. Sama seperti adat Jawa, di sini calon pengantin akan disiram dengan air yang sudah ditaburi kembang setaman. Foto dok. Freepik Dengan banyaknya prosesi adat pernikahan di Indonesia, Vera Kebaya bersama pekerja seni tradisional Indonesia lainnya mewujudkan rasa peduli mereka dengan memberikan informasi pada masyarakat akan kekayaan tradisi Nusantara mengenai prosesi pernikahan adat termasuk di dalamnya prosesi jelang pernikahan siraman ini. Semua tertuang dalam kegiatan yang bertajuk Merajut Nusantara. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pernikahan tradisional, Anda bisa klik di sini.
.